Perubahan Mindset
Pola pikir kita, atau lebih sering disebut mindset, didefinisikan sebagai jumlah total dari keyakinan, nilai-nilai, kriteria, harapan, sikap, kebiasaan, keputusan, dan pendapat kita dalam memandang diri kita sendiri, orang lain dan kehidupan ini. Pola pikir adalah saringan yang dengannya kita menafsirkan apa yang kita lihat dan alami.
Pola pikir kita memberitahu kita bagaimana permainan hidup ini harus dimainkan, dan mengatur apakah kita memainkannya secara berhasil atau tidak. Kita mungkin memiliki pola pikir, misalnya, yang memberitahu kita, “Kehidupan ini sangat keras dan aku harus berjuang hanya sekadar untuk hidup pas-pasan”. Atau kita mungkin memiliki pola pikir yang lebih positif, seperti “Aku punya kemampuan yang hebat dan orang-orang ingin bekerja sama denganku”.
Pola pikir menggerakkan perilaku kita, sehingga bisa dikatakan bahwa pola pikir adalah “Driven dari motivasi afektif (psikologis) dalam melakukan kegiatan psikomotorik”. William James, bapak psikologi modern, berkata, “Yakinlah bahwa hidup Anda berharga, maka keyakinan Anda akan menciptakan faktanya”.
Agar berhasil, Anda perlu memahami pola pikir Anda. Anda harus membawanya ke tingkat sadar, memerhatikannya dengan baik dan melihat apakah ada sesuatu yang ingin Anda ubah. Jika tidak, keyakinan Anda yang tersembunyi akan mengendalikan Anda. Jika Anda tidak mengetahui pola pikir Anda, Anda tidak dapat melakukan apa pun terhadapnya. Jika Anda ingin mengubah hasil-hasil Anda, Anda harus mengubah pola pikir Anda.
Pergeseran pola pikir berarti berubah dari satu pola pikir kepada pola pikir yang lain. Pergeseran pola pikir berarti berubah dari pola pikir negatif ke pola pikir yang lebih positif, berubah dari pola pikir pecundang menjadi pemenang, berubah dari pola pikir statis menjadi kreatif, dan berubah dari pola pikir pekerja menjadi pola pikir pencipta pekerjaan.
Apakah pola pikir bisa diubah ? Jawabnya : “Bisa”. Karena pola pikir merupakan hasil dari sebuah proses pembelajaran (learning) , maka pola pikir bisa juga diubah (unlearning), dan dibentuk ulang (relearning).
Apakah pertanda dari perubahan pola pikir? Jawabnya mungkin : kita memahami hal yang sama dengan pengertian berbeda, kita menyadari apa yang semula kita benci ternyata justru seharusnya kita kasihi, kita tiba-tiba sadar bahwa apa yang tadinya kita yakini benar ternyata sangatlah keliru, kita melihat diri kita dengan cara yang berbeda dengan sebelumnya, kita melihat pekerjaan kita dengan cara yang berbeda dengan sebelumnya, dan kita melihat dunia yang sama dengan kaca mata yang berbeda. Pola pikir yang berubah tidak mengubah situasi dan lingkungan dimana kita hidup, melainkan mengubah pikiran diri kita sendiri dalam memahami situasi dan lingkungan.
Mindset positif versus negatif
Pola pikir dapat dibedakan menjadi pola pikir negatif dan pola pikir positif. Pola pikir negatif berhubungan dengan cara pandang seseorang terhadap permasalahan yang dihadapi sebagai suatu “hambatan” atau “kegagalan”. Pola pikir positif berhubungan dengan cara pandang seseorang terhadap permasalahan yang dihadapi sebagai suatu “peluang” atau “kesuksesan yang tertunda”.
Dengan demikian, meskipun permasalahan yang dihadapi “sama”, tetapi persepsi atau sudut pandang seseorang dalam memandang dan menilai masalah tersebut bisa berbeda. Sebagai contoh, kegigihan dan pola pikir positif dari Thomas Alva Edison lah yang membuat kita mampu menikmati kegunaan lampu pijar, mengingat bahwa penemuan lampu tersebut baru berhasil setelah kegagalan percobaan seribu kali. Thomas Alva Edison menganggap bahwa “kegagalan” percobaannya yang hingga percobaan ke-999 adalah “kesuksesan yang tertunda”.
Selain itu, pola pikir positif berhubungan dengan ungkapan dan pemilihan kata yang “selaras” dengan tujuan sukses. Sebagai contoh, bila kita melihat gelas yang sebagian berisi tuangan air minum, maka kita bisa menyebut kondisi tersebut dalam 2 (dua) cara, yaitu pertama : gelas setengah penuh, dan kedua : gelas setengah kosong. Kedua cara penyebutan tersebut sama-sama benar. Tetapi bila ditinjau dari kesesuaian dengan tujuan mengisi gelas hingga penuh, maka cara penyebutan gelas setengah penuh adalah berpola pikir positif. Logika ini sama dengan kita bisa menyebut kegagalan dengan kalimat sebagai “kesuksesan yang tertunda” bila kita mampu mengambil manfaat dari penyebab kegagalan tersebut untuk meningkatkan faktor kesuksesan dikemudian hari.
Mindset Kreatif
Bila kita telah mampu mengubah pola pikir dari kecenderungan negatif menjadi positif, maka kita akan relatif lebih mudah untuk berpikir kreatif. Dengan kata lain, orang yang terbiasa berpikir positif selalu menemukan solusi-solusi cerdas. Sebab pikiran yang positif dapat bekerja secara sederhana, mencari ide kreatif dan segala kemungkinan untuk berhasil.
Penurunan tingkat kreativitas seseorang terhadap makin tuanya umur sebenarnya adalah disebabkan oleh faktor hubungan antara derajat intensitas eksperimen dengan keinginan untuk menjaga keamanan diri.Semakin tua seseorang, maka tingkat eksperimentalnya semakin rendah. Hal ini disebabkan bahwa semakin tua seseorang, maka ia cenderung menghindari resiko dan ingin amannya saja (status quo).
Meskipun pada masa kecil kita relatif lebih kreatif, tetapi ada beberapa perlakuan lingkungan dimasa anak-anak yang menjadikan seseorang mengalami diskreativitas. Diskreativitas atau rendahnya skor kreativitas seseorang saat dewasa ini disebabkan oleh “hambatan kreativitas” oleh lingkungannya yang berupa perlakuan orang tua yang tidak mendukung, ataupun budaya sekitar yang menghambat. Hambatan kreativitas menurut James L. Adams dalam bukunya Conceptual Blockbusting (1986) dalam bentuk klasifikasi sebagai berikut :
Dengan mengidentifikasikan hambatan kreativitas yang dihadapi seseorang sesuai dengan lingkungannya, maka kita meyakini bahwa kreativitas seseorang akan dapat ditingkatkan secara sadar melalui pengenalan terhadap hambatan dan upaya untuk mengatasi hambatan tersebut. Dengan demikian, maka pola pikir kreatif akan dapat ditingkatkan dan dipelajari melalui pelatihan dan penciptaan suasana yang kondusif bagi lahirnya proses kreatif.
Mindset Technopreneur
Pola pikir teknopreneur dan atau entrepreneur dibedakan dengan mereka yang bukan adalah dalam hal pola konsumsi. Seorang teknopreneur berkarakter produktif dan bukannya konsumtip. Seorang teknopreneur juga berkarakter selalu berusaha “mencari cara baru” untuk meningkatkan utilitas sumber daya yang ada secara efisien ataupun mencari alternatif sumber daya baru bila sumber daya yang ada terbatas. Seorang teknopreneur adalah lebih cenderung kearah “job creator” daripada sekedar “job seeker”. Semua karakter tersebut disebabkan oleh jumlah total pola pikir positif, pola pikir kreatif, pola pikir keuangan, dan pola pikir produktif yang dimilikinya.
Pola pikir produktif tentunya akan bisa ditumbuhkan apabila kita bisa menghargai keberlimpahan maupun keterbatasan yang ada. Baik keberlimpahan maupun keterbatasan tetap memicu seorang teknopreneur untuk produktif. Sebagai contoh, masyarakat yang hidup pada daerah yang melimpah airnya (subur) secara alamiah akan lebih boros menggunakan air dibandingkan masyarakat didaerah tandus. Suatu daerah tandus bila mempunyai tokoh berjiwa teknopreneur, maka ia akan menciptakan suatu sistem pengairan yang dapat meminimalisir sifat tandus tersebut dalam memaksimalkan penggunaan air. Tokoh berjiwa teknopreneur didaerah melimpah air seharusnya malah lebih mampu meningkatkan potensi airnya untuk dikembangkan dan dijual. Dengan pola pikir produktif, maka semua hambatan (bagi daerah tandus) akan menjadi peluang untuk meminimalisir ancamannya, dan semua kekuatan (bagi daerah subur) akan menjadi suatu kesempatan untuk lebih dikembangkan kesempatannya.
Semoga apa-apa yang kita akan rubah ini sesuai dengan tatanan Al Qur’an (Alloh.SWT) dan As Sunnah (RasulUlloh.SAW), sehingga kehidupan kedepan harus lebih baik, lebih bermanfaat, dibarokahi & diridhoi Alloh.SWT. Agar seperti itu maka semua perubahan sekecil apapun harus merujuk pada aturan main tersebut (Al Qur’an dan As Sunnah), kalau tidak tinggal menunggu kehancuran diri dan alam semesta.
Mari saudaraku untuk senantiasa berfikir positif, jika kita telah berfikir positif maka seluruh sel-sel hidup kita akan positif dan akan memancarkan positif, sehingga sekitar kitapun akan positif (InsyaAlloh). Kalau sudah demikian, maka inilah yang dikatakan bahwa ISLAM adalah Rahmatan lil alamin, karena ISLAM adalah positif. BarokahAlloh, amin. (Drs. Soehardjoepri, M.Si)