Photobucket
Latest News

Ayo, Tetap Optimis

, Posted by surabaya at 8:12 AM


Sudah terlalu banyak cerita pilu dan sedih negeri ini. Gambaran suram yang ditulis media, diceritakan dari mulut ke mulut atau direkam film dan potret membuat rakyat semakin gelisah dan kehilangan pegangan. Hari demi hari kita tak ubahnya seperti kapal yang tengah menjalani prosesi karamnya.

Yang kaya dan berduit sibuk memikirkan upaya penyelamatan diri sendiri dan kerabat, tak peduli kiri kanan. Lucu, bukan miris lagi, ketika ada orang kaya berkomentar saat dimintai sumbangan kegiatan sosial, “Aduh, sekarang susah. Saya kerja cuman buat cari makan.” (Padahal rumahnya mentereng dan mobilnya berbaris. Entar berapa banyak depositonya). Rakyat yang miskin kian terpuruk dan terjungkal, sementara para pemimpin negeri giat berusaha menyelamatkan posisi masing-masing. Kepada siapa rakyat berharap jika tidak ada lagi pemimpin adil, lurus dan ikhlas yang memikirkan mereka?

Kepada Alloh, ya hanya kepadaNya lah kita berharap dan bergantung.Dunia boleh ganjang-ganjing, kehidupan ekonomi boleh morat-marit, tapi harapan tak boleh putus. Sebab harapan adalah sesuatu yang akan memberi kita kekuatan untuk tetap menegakkan kepala dan membusungkan dada. Bukan oleh sebab sombong tapi karena harga diri dan martabat sebagai seorang muslim: Isyhadu bi anna muslim (saksikanlah sesungguhnya aku adalah seorang muslim). Seorang muslim yang mukmin pantang menyerah pada keadaan karena ia telah menggantungkan harapannya pada arsy yang tertinggi, yang tak runtuh meski seluruh bumi, langit dan segenap seisinya diruntuhkan kelak.

Ia memiliki harapan kehidupan yang lebih baik, harapan bahwa situasi sulit ini akan berakhir, dan harapan bahwa barokah dan anugerah Alloh akan turun pada orang-orang beriman. Di atas segalanya, harapan seorang mukmin sejati adalah ampunan dan ridho ilahi. Harapan inilah yang akan melahirkan sikap optimis dan ketegaran dalam menghadapi situasi sulit, apa pun bentuknya.

Ada cerita seorang ibu yang harus berjuang keras demi perut dan pendidikan anak-anaknya. Setiap pagi, kala sang fajar belum menampakkan diri, ia telah bergegas bangun. Menunaikan kewajiban pada Robbnya lalu menyiapakan sarapan ala kadarnya. Berbekal lembaran lusuh hasil penjualan kemarin, ia berbelanja sayur mayur dan bahan mentah lainnya. Belum lagi pukul enam pagi, dagangannya telah siap dijenguk para pelanggan.

Menjelang tengah hari, ia bersiap-siap pulang karena tak ingin tertinggal adzan Dhuhur. Setelah kewajibannya tunai, dibantu anak sulungnya yang mulai besar, ia meracik dan memasak sisa dagangan agar tak terbuang sia-sia. Dengan senyumnya yang ramah ia berkeliling menawarkan masakan siap santap pada tetangga dekat dan jauh. Di daerah itu, ia memang dikenal banyak orang. Mbok, ya cukup disapa Mbok. Mungkin tak seorang pun peduli siapa namanya.

Memang bukan cerita dan namanya yang penting, tapi semangat dan sikap optimisnya dalam menghadapi kehidupan yang patut ditiru. Setiap pagi, kala keluar rumah menuju pasar, ia tak pernah berpikir soal berapa rupiah yang akan dibawa pulang untuk anak-anaknya. Ia bilang, “Rezeki itu sudah diatur Gusti Alloh, nduk. Mbok cuman nglakoni saja. Gusti Alloh ndak akan keliru…”

Jika seorang penjual sayuran dengan kehidupan yang amat sederhana bisa tetap nyeni, optimis dan tawakkal menjalani kehidupan, tidaklah kita malu jika selalu mengeluhi kehidupan ini, apalagi putus harapan akan adanya hari esok yang lebih baik. (Ayyub Syafii)