Photobucket
Latest News

Saling Mengingatkan

, Posted by surabaya at 8:20 PM


oleh: Esti Soepanggih

Saudaraku, dalam kehidupan bermasyarakat seringkali kita jumpai hal-hal yang tidak sesuai dengan syariat. Tidak usah jauh-jauh kita sibak lapisan yang paling dekat yaitu lingkungan keluarga, suami, istri, anak-anak, tidak menutup kemungkinan melakukan sesuatu yang tidak pada tempatnya, membuang sesuatu sembarangan, menaruh sesuatu asal-asalan, kadang terlihat anak-anak kita teledor makan minum sambil berdiri atau berjalan, makan minum dengan tangan kiri dan sebagainya. Hal ini tidak untuk dibiarkan, karena pembiaran secara terus menerus tanpa ada teguran atau peringatan sebagai kontrol bisa jadi akan berubah menjadi sesuatu yang biasa dan tidak ada perasaan bersalah sehingga menjadi pembenaran.

Sebagai orang tua tentu mempunyai kewajiban untuk selalu mendidik, mengarahkan, mengingatkan putra-putri kita dalam rangka membentuk kepribadian dan akhlaqul karimah. Yah...boleh dikata inilah dakwah kita di lingkungan keluarga. Lalu bagaimana jika kita melihat sesuatu kemunkaran terjadi di lingkungan tempat tinggal kita ?, bagaimana jika 400 meter dari kediaman kita ada segerombolan orang yang tiap malam berpesta miras, atau tetangga kita mempunyai anak perempuan yang setiap hari dikunjungi laki-laki hingga larut, atau di ujung gang segerombolan anak-anak muda ”genjrang-genjreng” (main gitar) hingga subuh, atau jika tetangga sebelah kita tiap hari terdengar berantem melulu ?.

Sudah sering kita mendengar hadits Rosululloh Shollallahu alaihi wasallam, yang artinya :

"Barang siapa diantara kalian melihat suatu kemunkaran hendaklah ia mengubah dengan tangannya, jika tidak mampu maka dengan lisannya, dan jika ia masih tidak mampu, maka dengan hatinya dan itulah selemah-lemah iman." (HR. Muslim).

emunkaran hakikatnya adalah setiap perbuatan yang tidak sesuai dengan syariat dan tuntunan Rosululloh Shollallahu alaihi wasallam atau bisa jadi setiap perbuatan yang membuat Alloh Subhanahu Wata’ala tidak senang dan mendatangkan murka-Nya. Sedangkan mencegahnya adalah tanggung jawab kita semua, masing-masing dari kita berkewajiban untuk mengingatkan. Akan tetapi jujur kita akui dalam prakteknya seringkali kita tidak cukup punya keberanian untuk mencegahnya, untuk mengingatkannya. Karena apa ?, resiko ! Inilah yang terjadi, kita belum siap untuk menanggung resiko. Resiko itu bisa berwujud :

Kesalahpahaman

Tidak jarang orang yang kita ”ingatkan” menjadi salah paham, dan yang muncul adalah sikap apriori, tersinggung, emosi dan kata-kata yang sering terdengar adalah ”ini urusan saya”, ”anda tidak usah turut campur urusan rumah tangga orang” dan lain-lain.

Muncul rasa sakit hati, dendam, hasud, dengki dan berupaya untuk membalas perbuatan yang menyakiti tersebut. Fitnah balik atas rasa tidak terima dengan peringatan tersebut. Menjadi omongan, gunjingan di lingkungan kita. Rasa permusuhan yang berlarut-larut hingga saling tidak bertegur sapa, dll.

Saudaraku, orang-orang dahulu telah membuktikan bahwa seorang penyeru (pendakwah) memang berat resikonya, akan tetapi pendahulu kita juga telah membuktikan bahwa profesi inilah profesi yang paling agung di hadapan Alloh Subhanahu Wata’ala, karena tanpa ada penyeru tentulah dunia ini sudah binasa. Karena itulah orang-orang yang hanya memperturutkan hawa nafsunya tentu hanya akan mendatangkan kerusakan demi kerusakan. Kini, kita dihadapkan banyak sekali hal yang jika dicermati menyimpang dari syariat dan sunnah Rosul. Apakah akan kita biarkan ”penyimpangan” berlenggang di hadapan kita ? Dan kita tidak berupaya sedikitpun untuk sekedar ”mengingatkan” ? Sedangkan kita telah hafal diluar kepala.

Alloh berfirman yang artinya :

”Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholeh dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran”.

Nasehat menasehati untuk mentaati kebenaran seharusnya mulai kita budayakan dalam kehidupan sehari-hari. Entah di lingkungan keluarga, tetangga, teman sejawat, teman satu kantor, teman sesama jama’ah, pendek kata di setiap kesempatan upaya saling menasehati-mengingatkan itu tercipta. Sehingga harapan kita, perbaikan demi perbaikan akan bisa terwujud. Tidak ada salahnya bila langkah ini kita mulai dari memperbaiki diri sendiri lebih dahulu. Karena pohon yang kecil (lemah) tidak akan mampu menaungi pohon lainnya (apalagi) pohon yang lebih besar. Jadi hanya pohon yang kuat dan besarlah yang mampu memberi naungan pada pohon kecil dan mampu menjadi tameng bagi pohon-pohon lainnya. Menjadi pohon besar, kokoh, kuat tanpa melupakan dimana ia berpijak, pada apa dia menancapkan akarnya. Pohon besar yang tetap butuh sinar matahari, tetap membutuhkan air, tetap butuh siklus kehidupan yang lain sebagai penunjang eksistensinya agar tetap survive.

Ketika kita mulai berniat untuk bernahi munkar, ada beberapa hal yang sebaiknya kita siapkan :

Menata hati-niat

Hal ini sangat penting, karena tanpa berniat semata karena Alloh Subhanahu Wata’ala, jika gagal akan kecewa namun jika berhasil bisa-bisa terperosok dalam ranah kesombongan. Disampaikan dengan cara yang ma’ruf

Seringkali niat baik disampaikan pada saat yang kurang tepat, justru tidak menghasilkan kebaikan malah sebaliknya. Baik dalam hal ini menyangkut saat atau moment, cara, dimana kita menyampaikan ataupun masalah (wilayah) apa kita ”diperbolehkan” mengingatkan.

Tawakkal

Harus kita sadari, tak lebih kita hanya bertindak sebagai pengingat (penyeru) saja, masalah hasil sepenuhnya haq Alloh Subhanahu Wata’ala

Lapang Dada

Apapun yang terjadi, apapun hasil dari proses ”mengingatkan” kita harus tetap berprasangka baik. Tidak mencela, dengki, ngersulo, tersinggung, dendam pada orang yang kita ingatkan, meski bisa jadi orang tersebut menjadi berubah sikap (yang tidak mengenakkan) pada kita.

Mudah-mudahan Alloh Subhanahu Wata’ala memasukkan kita ke dalam golongan orang yang senantiasa mendapat petunjuk dan hidayahNya, senantiasa diberi kekuatan dan kewaspadaan untuk selalu memperbaiki diri serta istiqomah dalam mentaati kebenaran. Amin, wallohu a’lam.

Keterangan gambar: diambil dari atmakusumah.wordpress.com