Multi Level Pahala dan Dosa
Dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah saw. bersabda, "Barang siapa menyeru kepada petunjuk (kebenaran dan kebaikan), maka baginya pahala seperti pahala yang di dapat oleh orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Dan, barang siapa yang menyeru kepada kesesatan, maka baginya dosa seperti dosa orang yang mengikutinya tanpa mengurangi sedikitpun dosa mereka." (HR Muslim)
Sekarang ini masyarakat masih banyak tidak faham peranan ibadah, oleh sebab itu kita saksikan di masyarakat walaupun banyak shalat, sering puasa, rajin shodaqoh, sering pergi umrah tapi sifatnya tidak berubah. Di kehidupan masyarakat
Padahal Allah tidak memandang banyaknya ibadah, tetapi lebih pada efek dari ibadah itu. Artinya bila dengan amalan lahir itu tidak timbul rasa cinta pada Allah, tidak terasa malu dan takut pada Allah maka ibadah yang banyak tidak ada nilainya. Sebaliknya walaupun hanya mengerjakan yang fardhu tapi terasa pengaruh dari ibadahnya itu, maka itu sudah cukup.
Hal tersebut adalah sedikit gambaran tentang beragamnya anggota masyarakat. Namun, yang perlu diperhatikan dari hal itu adalah apapun yang dihasilkan oleh seseorang dalam masyarakat, ditinjau dari sisi pandang Islam, maka orang tersebut bertanggung jawab terhadap perilakunya dan bertanggung jawab juga apabila ada yang mencontoh dan mengikuti perilakunya itu. Hadis di atas menerangkan bahwa orang yg menganjurkan kebaikan akan mendapatkan pahala ditambah lagi pahala orang yang mengikuti anjurannya itu tanpa mengurangi pahala orang yg mengikutinya sedikit pun. Sebaliknya, orang yang menyeru kepada kejahatan akan menanggung dosanya dan dosa orang yang mengikutinya. Jadi, dari hadis di atas terkandung pengertian sebagai berikut.
Orang yang menjadi penyebab dilakukannya suatu perbuatan, dan orang yang melakukan perbuatan tsb mempunyai nilai yang sama, baik dalam pahala maupun dosa.
Seorang muslim harus memperhatikan akhir dari segala sesuatu dan nilai-nilai amalnya. Sehingga, dia akan berusaha berbuat baik agar menjadi suri teladan yang baik.
Orang muslim hendaklah menghindari seruan-seruan yang tidak baik dan menjauhi bergaul dengan orang (lingkungan) yang tidak baik, sebab ia ikut bertanggung jawab terhadap apa yang dikerjakan.
Orang yang menjadi penyebab dikerjakannya suatu perbuatan baik akan memperoleh pahala yang berlipat ganda, sebagaimana penyebab dikerjakannya perbuatan jahat juga akan mendapat siksaan yang berlipat ganda.
Rasulullah saw. juga bersabda, "Barang siapa membuat suatu hal yang baik dalam Islam, maka baginya pahalanya dan pahala orang yang mengamalkannya sepeninggalnya tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun. Dan barang siapa membuat hal yang buruk dalam Islam, maka baginya dosanya dan dosa orang yang mengamalkannya sepeninggalnya tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun." (HR Muslim).
Beliau mengatakan hal itu tatkala para sahabat sedang berada bersamanya pada siang hari. Tiba-tiba datang sekelompok kaum dalam keadaan telanjang dan hanya memakai kain bergaris-garis yang terbuat dari bulu dengan menggantungkan pedang di leher-leher mereka. Mereka itu berasal dari Mudhar. Ketika melihat kemiskinan yang mereka alami, wajah Rasulullah saw. berubah. Kemudian, setelah mengerjakan salat, beliau berkhotbah. Setelah beliau membacakan dua ayat tentang takwa, kemudian bersabda, "Ada seseorang yang menyedekahkan sebagian dari dinarnya, dirhamnya, pakaiannya, satu sha' gandum, satu sha' kurma, atau meskipun hanya dengan setengah biji kurma." Mendengar hal itu, kemudian datanglah seorang sahabat dari kaum Anshar dengan membawa satu pundi yang tangannya hampir tidak mampu mengangkatnya, bahkan tidak mampu lagi. Kemudian, orang-orang lain pun mengikutinya hingga terkumpullah menjadi dua gundukan besar yang terdiri dari makanan dan pakaian. Jadi, seorang dari kaum Anshar yang mengawali menyedekahkan sebagian hartanya itu akan mendapatkan pahala yang banyak karena orang-orang akhirnya mengikuti amal kebaikan yang ia lakukan itu.
Sebaliknya, orang yang mengawali perbuatan jahat akan mendapat dosa yang sangat banyak jika ada orang yang mengikutinya, karena dia akan menanggung dosanya dan dosa orang yang mengikutinya. Hal ini seperti diterangkan dalam sebuah hadis, dari Ibnu Mas'ud r.a. bahwasanya Nabi saw. bersabda, "Tidak satu jiwa pun terbunuh dengan penganiayaan, melainkan putra Nabi Adam a.s. yang pertama akan mendapatkan bagian dosa dari penumpahan darah itu. Sebab, ia adalah orang yang pertamakali melakukan pembunuhan." (Muttafaq 'alaih).
Dengan demikian jelaslah bagi kita bahwa sekecil apa pun kebaikan dan kejahatan, hal itu bisa berkembang menjadi besar. Sebab, orang yang melakukan sesuatu, tanggung jawabnya tidak sebatas pada apa yang ia lakukan saja. Tetapi, dia juga harus bertanggung jawab apabila ada yang mengikuti perbuatan dan perilakunya, baik perilaku itu berupa kebaikan maupun kejahatan.
Akhirnya marilah kita memohon kepada Allah SWT agar memberikan kekuatan kepada kita, sehingga kita mampu mengerjakan kebaikan dan menganjurkannya, dan agar kita mampu menghindari perbuatan kejahatan, apalagi sampai memberikan contoh yang tidak baik kepada orang lain.[]