Hidup untuk Memberi
“Hidup itu memberi sebanyak-banyaknya bukan meminta sebanyak-banyaknya“.
Memberikan permisalan kehidupan itu bisa beragam. Saat kehidupan kita penuh cobaan maka hidup itu ibarat mendaki gunung. Saat kita sedang merasa puas dengan apa yang ada maka hidup adalah ibarat air yang mengalir. Dan saat kita jatuh bangun untuk menggapai sesuatu dalam hidup, maka hidup adalah ibarat roda yang berputar. Semuanya tergantung pada situasi, kondisi, ruang dan waktu. Tetapi apapun cara kita memberikan permisalan terhadap hidup yang kita jalani, tetaplah sebuah tanggung jawab untuk memberikan makna hidup adalah keharusan.Pemaknaan pada hidup bahwa hidup ini adalah terbatas, yang oleh karenanya kita berusaha agar penuh dengan makna. Dan alangkah indahnya jika pemberian makna pada hidup adalah berorientasikan bahwa hidup yang Alloh SWT percayakan kepada kita adalah dengan mengisi umur kita dengan berbagai macam kebaikan dan kemuliaan. Artinya dalam hidup tidaklah hanya untuk menerima anugerah-Nya namun juga untuk selalu berbagi kepada sesama. Alloh Ta’ala memberi anugerah kepada kita supaya kita juga membagi anugerah itu untuk sesama. Tidak hanya materi yang bisa kita berikan kepada sesama, seperti uang, makanan, pakaian, biaya sekolah dan lain-lain. Namun pemberian juga bisa berupa ketulusan dalam berelasi, pendampingan untuk yang sedang mengalami kesulitan atau kedukaan, dan bahkan juga pemberian maaf untuk sesama kita yang sudah melakukan kesalahan kepada kita, seberat apapun tanpa kecuali, sebab dalam ketulusan untuk memberi, maka memberi maaf adalah sesuatu yang sangat berat. Akan tetapi memberikan maaf sebenarnya adalah membebaskan diri kita dari jerat dendam, marah dan emosi yang berkepanjangan, dan hal ini adalah pemberian yang besar, sehingga para sahabat Rosululloh dulu begitu tinggi derajatnya salah satunya karena kemampuan untuk memaafkan kesalahan sesamanya.
Sesungguhnya seseorang yang memberi dan berbagi telah melakukan pengorbanan dan ketulusan. Bukan untuk mendapatkan sesuatu, tetapi untuk menghidupkan kasih sayang dan cinta yang dimilikinya. Hal ini tidak akan terjadi tanpa dilandasi oleh keyakinan, bahwa apa yang ia miliki akan terus tumbuh dan berkembang, hanya dan jika hanya dengan memberi dan berbagi apa yang dimilikinya untuk sesama. Konsep memberi dan terus memberi seperti ini tentunya sukar dilakoni, butuh sebuah perenungan, ketekunan ,penghayatan serta latihan latihan yang kelak mampu menjadi bagian dari hidup agar sanggup dilaksanakan. Dan yakinlah bahwa memberi dan berbagi adalah sebuah proses menabur benih yang baik. Semakin banyak yang ditabur semakin banyak pula yang akan dituai. Disinilah hidup yang bukan hanya bermakna tetapi juga berdaya guna.
Wallohu ‘alam